Dalam keheningan malam,aku terdiam membisu,teringat aku akan kenangan
dua tahun lalu, saat kita masih bersama terbius dalam lakon kisah
klasik masa remaja yang indah.
Entahlah apa yang terjadi, tiap kali aku melihat bintang, aku seperti
melihat pancaran sinar matamu yang berhasil menggodaku terjebak dalam
kesalahan termanis. Yah! Mencintaimu adalah kesalahan bagiku, namun
mencintaimu adalah dosa terindah yang pernah kuperbuat.
Entah apa yang ada dalam pikiranku, tiap kali kumelihat sinar matamu,
maka tiap kali juga aku melihat fatamorgana surga yang sebenarnya adalah
neraka.
“Tidak ini tidak boleh terjadi”,bisik malaikat dalam hati yang mencoba
menyadarkanku Aku sendiri yang telah membuat keadaan seperti ini. Aku
sendiri yang telah menjodohkanmu dengan sahabatku. Hingga akhirnya misi
ini berhasil, tiba-tiba kau datang padaku dengan mengucap kata cinta
yang berhasil membuatku melayang tinggi. Higga akhirnya aku sadar dan
terjatuh kembali.
Seharusnya kata cinta itu bukan buatku, seharusnya kau ucap itu untuk
sahabatku. Yah, untuk sahabatku, Maya. Dia lebih berhak, Pengorbanannya
untukmu lebih besar, bahkan mungkin dialah yang lebih bisa membuat
harimu lebih berwarna dengan kehangatan dan kelembutan yang dia miliki.
Kenapa kau ucapkan kata itu untukku? Tak sepantasnya aku mendengar kata
cinta itu darimu.“Nur,kenapa kau diam?Kau tak suka denganku. Aku tahu
kau selalu berusaha mendekatkanku dengan sahabatmu itu, tapi Nur, bukan
dia yang aku mau”,tuturnya penuh dengan kelembutan.
“Kenapa,?”tanyaku mencoba mencari tahu alasannya.
“Kenapa kau bilang? Bukannya dari dulu kita sudah saling mengenal. Aku
lebih mengenalmu daripada Maya dan aku lebih suka kepribadianmu daripada
Maya. Sebelum kau mempertemukanku dengan Maya, aku sudah jatuh hati
padamu Nur,hingga akhirnya kau mencoba untuk mendekatkanku dengan Maya.
Aku pikir jika aku dekat dengan Maya, aku akan memiliki banyak
kesempatan untuk melihat senyummu bahkan membuatmu jatuh hati.
Tapi sayang sekali, dugaanku ternyata salah, tak sedikitpun kau menoleh
padaku. Bahkan kau selalu berusaha membuat waktu agar aku dan Maya bisa
jalan berdua..” Mendengar kata-kata emosional dari Ardian, lelaki yang
berusaha aku jodohkan dengan sahabatku Maya membuatku terdiam seribu
bahasa. Tak sepatah katapun bisa aku lontarkan untuk membalas pernyataan
yang berhasil membuatku kalah telak. “Kenapa kau lagi-lagi diam Nur,
ayo jawab pertanyaanku Nur. Kenapa kau hanya diam Nur? Padahal kau tak
pernah kalah dalam adu argumen, kau paling jago Nur kalau adu argumen.
Tapi kenapa kali ini kau hanya diam? Ah! Mungkin kau benar-benar tak
pernah menganggapku, ya sudahlah kalau begitu.” Ardian berlalu pergi
sambil meninggalkan penyesalan dalam hati.
Andai saja kau tahu perasaanku yang sebenarnya. Andai saja kau ucapkan
kata cinta itu dari dulu, sebelum Maya memintaku untuk menjadi perantara
agar bisa dekat denganmu. Aku tak mungkin katakan yang sebenarnya .
Pengorbanan Maya untukmu lebih besar daripada aku. Bahkan cinta Maya
untukmu juga lebih besar. Sementara aku, aku tak pernah berbuat
sedikitpun untuk menunjukan rasa sayang padamu. Lagipula, aku tak
mungkin menghancurkan perasaan sahabatku sendiri. Aku yang telah membuat
kalian lebih dekat. Hingga sahabatku Maya jatuh amat dalam pada
perasaan cinta dan sayang untukmu Ardian. Seandainya aku bisa katakan
semua ini dihadapanmu. Seandainya kau bisa mendengar langsung kenyataan
ini. Kali ini, aku hanya bisa mengatakan kenyataan ini di bawah derasnya
hujan agar kau tak bisa mendengarnya. Biarlah gemuruh petir dan
derasnya hujan yang mendengarnya karena aku tak ingin melukai kalian.
Aku tahu kau pasti bahagia dengannya. Aku yakin Maya pasti bisa
memberikan kebahagiaandan warna yang cerah dalam harimu. Aku yakin itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar